Innalillahi wa inna ilayhi raji'un (إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ)Telah berpulang ke Rahmatulloh..KH.Abdullah Faqih, pengasuh PP Langitan Tuban pada hari Rabu, 29 Pebruari sekitar pukul 18.30. Segenap Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama, turut berduka cita yang Sedalamnya atas wafatnya beliu.
Beliaumemiliki silsilah yang mulia dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeikh Maulana Ishaq. Dengan runtutan sebagai berikut: 1. Syeih Ainul Yaqin (Sunan Giri) 2. Sunan Dalem 3. Sunan Prapen 4. Kawis Goa 5. Pangeran Giri 6. Gusti Mukmin 7. Amirus Sholih 8. Abdul Hamid 9.
AbdullahFaqih (lahir di Widang, Tuban, 2 Mei 1932 - meninggal di Widang, Tuban, 29 Februari 2012 pada umur 79 tahun) adalah seorang kiai atau Ulama yang berpengaruh serta pengasuh Pondok Pesantren Langitan. KH.
KH Abdul Kholiq Afandi lahir pada hari Jumat Legi tanggal 18 Syawal 1355 H atau bertepatan pada tanggal 1 Januari 1937 M, di Desa Tritunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara, dari pasangan KH. Nur Salim dengan Kasiyat putri H Siroj atau Kamso.
. Oleh Khomsatul Mahfudzoh KH. Abdullah Faqih Langitan lahir pada tanggal 2 Mei 1932 di desa Mandungan kecamatan Widang kabupaten Tuban, Jawa Timur. Beliau terlahir dari pasangan KH. Rofi’i Zahid dan Ibu Nyai Hj. Khadijah. Pendidikannya dimulai dari berguru ke Mbah Abdur Rohman Lasem, Rembang, Jawa Tengah, lalu dilanjutkan merantau ke Mekkah, Arab Saudi. Di sana beliau belajar pada Sayyid Alwi bin Abbas Al Maliki, setelah itu mengabdi di Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. Muhammad Nur yaitu PP. Langitan sampai wafat. Kiai Faqih mempunyai istri yang bernama Ibu Nyai Hj. Hunainah Faqih yang sampai sekarang masih sehat. Pasangan ini dikaruniai sembilan putra dan putri yaitu Ubaidillah Faqih Mujab Faghni Faqih Alm Muhammad Faqih Hanifah Faqih Amiroh Faqih Faiqoh Faqih Abdulloh Habib Faqih Abdurrahman Faqih Ma’sum Faqih Syaikhina KH. Abdullah Faqih wafat pada tanggal 29 Februari 2012 di ndalem/kediaman beliau, Widang, Tuban, Jawa Timur pada umur 82 Tahun. Bagaikan disambar petir di tengah siang bolong, kabar duka itu membuat semua orang, baik dari keluarga beliau sendiri, kalangan ulama, santri dan juga orang-orang kecil yang mengaguminya kaget dan tidak percaya. Tapi sebelum beliau wafat, beliau sudah sakit selama beberapa bulan. Mungkin juga karena usianya yang sudah sepuh tua. Semua orang berbondong-bondong untuk bertakziyah, dari kalangan apapun, kota/ daerah manapun itu, dan sesibuk apapun mereka yang mengaguminya pasti disempatkan untuk bertakziyah ke kediaman beliau. Kiai Faqih adalah generasi ke empat pengasuh Pondok Pesantren Langitan yang menggantikan KH. Abdul Hadi Zahid pada Tahun 1971. KH. Abdullah Faqih atau yang sering dipanggil Kiai Faqih merupakan ulama yang sangat karismatik, selalu mengedepankan kasih sayang walaupun dengan anak kecil. Begitu juga dengan semua orang yang dari kalangan apapun, beliau sangatlah rama. Ketika bertemu dengan santrinya pun selalu tersenyum dan tiada lelah untuk selalu mendo’akan para santrinya. Kiai Faqih selalu menjadi suri tauladan bagi siapapun. Banyak dari kalangan ulama tanah air maupun luar negeri pada mengaguminya. Seperti KH. Abdurahman Wahid gus dur, Habib Umar bin Hafidz dan kiyai besar lainnya. Ketika Kiai Faqih sakit pun beliau dijenguk oleh bapak presiden ke-6 yaitu bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Ada suatu kisah tentang Kiai Faqih pada bulan Ramadlhan. Waktu itu beliau pernah tidak sahur dan tidak pula berbuka puasa. Dalam berpergian, ketika semua orang mencari warung/rumah makan untuk berbuka puasa, beliau hanya bisa masuk dalam masjid dan meminum air di dalam kamar mandi dengan penuh dahaga dan kepuasan. Katanya “Tirakat dengan terpaksa ataupun dengan disengaja Insya Allah pasti akan mendapatkan hasilnya”. Mengenai pendidikannya mulai ditempuh di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, sekitar 2 tahun setengah, dan dilanjutkan di Senori Tuban Jawa Timur kira-kira hanya 6 bulan. Kiai Faqih belajar dan mengabdi di pondok pesartren milik kiai-kiai besar hanya sekitar 1 bulan. Jadi belajarnya di pondok pesantren itu tidaklah lama, paling kurang lebih hanya 4 tahun. Meskipun begitu beliau selalu minta diajari oleh kiai-kiai sepuh yang sangat alim di zaman dulu. Seperti K. Fathurrohman, K. Baidlhowi, K. Ma’sum, K. Maftuhin, K. Mansyur dan kiai-kiai sepuh di Nusantara lainnya. Kiai Faqih selalu berpindah-pindah tempat ketika mengaji, bahkan beliau pernah satu malam menginap di ndalem/kediaman K. Fathurrohman, besok malamnya lagi menginap dindalem/kediaman K. Ma’sum. Beliau lakukan itu supaya mendapat wawasan/pelajaran banyak yang berbeda-beda dari para kiai sepuh tempo dulu. Ada banyak dawuh-dawuh beliau yang saya ingat, kalau saya sebutkan semua pasti tak akan muat dalam lembaran ini. Salah satu dawuh Mbah Faqih yaituEmpat Resep Keselamatan “Resep orang yang ingin selamat, itu ada empat 1 Kalo kamu di sakiti orang lain, jangan pernah membalas. Kamu harus mau memaafkannya 2 Jangan pernah mau untuk menyakiti orang lain 3 Tidak berharap sesuatu dari orang lain 4 Suka memberi kepada sesama.” Nasab Bukanlah yang Utama “Yang membuat tinggi derajat itu bukalanlah nasab/keturunan, tetapi akhlak sopan santun dan ilmu.” Tanda-tanda Hati yang Keras “Tanda hati yang keras itu adalah, kalo diajak melakukan kebaikan hatinya merasa berat, tapi kalo sudah berbuat maksiat tidak mempunyai keinginan untuk bertaubat.” Pertama Mengaji, Selanjutnya Terserah Anda “Kalo putra/putri kalian sudah selesai dipondokkan, selanjutnya kalian sekolahkan dia menjadi Sarjana, Politis dan Pejabat itu terserah kalian. Karena anak yang sudah punya dasaran Ilmu Agama, Insya Allah dimanapun dia pasti akan selamat.”Adab Tetap Nomer Satu “Orang yang tidak punya Ilmu, tapi punya adab akhlak itu lebih mulia. Daripada orang yang punya Ilmu tapi tidak mempunyai adab dan akhlak sopan santun.” Empat Hal Keberuntungan “Setengah dari orang beruntung itu 1 Orang yang mempunyai istri sholihah, 2 Mempunyai anak yang berbakti 3 Mempunyai teman yang sholeh-sholeh dan 4 Rezekinya ada didaerahnya sendiri.” Itulah sebagian dari dawuh-dawuh beliau, singkat tapi sangat memberi pelajaran yang berharga. Beliau memberikan dawuh-dawuh/sebuah nasihat yang sangat sederhana tapi mudah dimengerti oleh orang lain, di dalam pesantren maupun di luar pesantren. Kepada santri maupun kepada orang lain yang berada diluar pesantren. Bahkan KH. Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan Gus Dur presiden yang ke-4 menyempatkan waktu berbincang berdua kepada syaikhina Kiai Faqih di kamar pribadinya. Gus Dur sangat mencintai Kiai Faqih. Sebelum wafat beliau juga sempat disambangi/dijenguk guru besar Yaman yaitu Habib Umar bin Hafidz untuk bersilaturahmi. Masih banyak lagi ulama-ulama besar Nusantara maupun luar Nusantara yang bersilaturahmi kepada beliau. Demikian sedikit biografi Kiai Faqih ketika masih hidup. Selama nyantri di sana yang saya ketahui dari beliau yaitu sikap harmonisnya kepada siapa pun. Jika ada salah kata atau apapun itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. “Kualitas ke Islaman seseorang tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, tetapi pada amal yang dipraaktikkan”. Wallahu A’lam Bisshowab
Abdullah Faqih From Wikipedia, the free encyclopedia Abdullah Faqih 2 Mei 1932 – 29 Februari 2012 adalah seorang kiai atau Ulama yang berpengaruh serta pengasuh Pondok Pesantren Langitan. Quick facts Abdullah Faqih, Meninggal, Pekerjaan, Dikenal... ▼ Abdullah FaqihMeninggalWidang, TubanPekerjaanPengasuh Pondok Pesantren LangitanDikenal atasPoros Ahmad Marzuki ZahidPartai politikNUSuami/istriNyai Hj. KhunainahAnakUbaidillah, Muhammad, Mujib, Hanifah, Mujab, Ma’shum, Abdullah Habib, Salamah, Abdurrahman, Amirah
KH. Masbuhin Faqih – Masbuhin Faqih di lahirkan di desa Suci kec. Manyar Kab. Gresik pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau 18 Shafar 1367 Hijriyah. Beliau lahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama yang paling tua. Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq. Dengan runtutan seagai berikut Syeih Ainul Yaqin Sunan Giri – Sunan Dalem – Sunan Prapen – Kawis Goa – Pangeran Giri – Gusti Mukmin – Amirus Sholih – Abdul Hamid – Embah Taqrib – KH. Muhammad Thoyyib – KH. Abdullah Faqih – dan sampailah pada KH. Masbuhin Faqih. Dengan silsilah yang begitu agung tersbut, tak bisa dipungkiri di dalam diri beliau terdapat ruh dan jiwa seorang ulama yang tangguh dan berjuang tanpa batas waktu seperti embah buyutnya dahulu. Hal ini sesuai dengan Qiyasan santri “Bapaknya Singa maka ank-anaknya pun singa”. Pendidikan beliau sejak kecil di lingkungan yang islami. Mulai dari tingkat MI samapi Mts. Setelah Tsanawiyah beliau melanjutkan studinya ke Gontor, Pondok pesantren Darussalam Ponorogo, Jawa Timur, disanalah beliau memperdalam ilmu bahasa Arab dan Inggris. Setelah lulus dari Gontor beliau ingin memperdalam ilmu lagi, selanjutnya beliau nyantri di PP. Langitan Widang Tuban, yang pada saat itu diasuh oleh KH. Abdul Hadi dan KH. Abdullah Faqih. Di sana beliau memperdalam ilmu kitab kuning, mulai dari Fiqh, Nahwu, Shorof, tauhid, sampai tasawwuf. Proses penggembalaan ilmu di PP. Langitan cukup lama, sekitar 17 tahun belaiu nyantri di sana. Diceritakan bahwasannya sosok KH. Masbuhin Faqih muda adalah pemuda yang giat dan tekun belajar, suka bekerja keras, dan optimis dalam suatu keadaan apapun. Waktu di PP. Langitan beliau banyak melakukan tirakat, seperti memasak sendiri, melakukan ibadah puasa sunnah dan lain-lain. Di sana belaiu juga sempat menjadi khadam pembantu dalem kyai. Hal ini sampai menjadi jargon beliau dalam menasehati santri MBS Mamba’us Sholihin, yakni “nek mondok ojo belajar tok, tapi nyambio ngabdi nang pondok iku”. Dengan penuh keihlasan dan kesabaran, beliau jalani semua kehidupan diatas demi mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah. Ditengah-tengah menimba ilmu di Langitan, teatnya pada tahun 1976 M atau pada saat beliau berumur 29 th, KH. Abdullah Faqih langitan menyuruh kyai Masbuhin untuk berjuang di tengah masayrakat Suci bersama-sama dengan abahnya. KH. Faqih langitan sudah yakin bahwasannya santrinya ini sudah cukup ilmuya untuk berda’wah dan mengajar di masyarakat. Wak demi waktu berlalu, proses berda’wah terus berjalan dan berkembang pesat. Dengan perkembangan itu KH. Abdullah Faqih disuruh untuk membuat pesantren oleh beberapa guru beliau agar proses berda’wah tersebut lancar. Bersama-sama dengan Anak-anaknya mereka mendirikan suatu pondok yang diberi nama PP. At-Thohiriyyah, yang mana dengan filosofi berada di desa Suci. Masbuhin pada waktu itu masih pulang pergi dari langitan ke -Suci. Beliau masih beranggapan bahwa menimba ilmu di langitan belum sempurna kalau tidak dengan waktu yang lama. Inilah salah satu kelebihan beliau, yakni haus akan ilmu pengetahuan agama Islam. Tepat pada tahun 1980 M, beliau sudah mendapat restu untuk meninggalkan pondok pesantren Langitan. Baca Juga KH. Husein Muhammad, Biografi Singkat, Mendirikan Perguruan Tinggi Hingga Mendapat Penghargaan dari Pemerintah AS Dengan itulah beliau sekarang harus berkonsentrasi dalam msngurus PP. At-Thohiriyyah bersama dengan abahnya. Tepat pada tahun ini juga PP. At-Thohiriyyah dirubah menjadi PP. Mamba’us Sholihin, keadaan ini sesuai dengan usulan KH. Usman Al-Ishaqi. Karena nama suatu pondok dirasa mempunyai arti dan harapan yang penting. Perjungan KH. Masbuhin dalam memajukan pondoknya tidak kenal lelah. Setahap demi setahap pembangunan pondok dilakukan, mulai dari komplek sampai sekolahannya. Dengan relasi yang cukup banyak, beliau mampu membuat MBS singkatan dari Mamba’us Sholihin lebih maju baik itu gedungnya maupun kualitas sumber daya manusia di dalamnya.
Silsilah merupakan salah satu warisan spiritual yang ditinggalkan oleh para ulama besar. Sebuah warisan yang begitu berharga dan harus dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. Salah satu silsilah terkemuka di Indonesia adalah Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan. Bagi masyarakat Jawa Timur, nama Langitan sudah tidak asing lagi. Terutama bagi mereka yang berada di daerah Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar. Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan. Beliau lahir pada tahun 1911 dan wafat pada tahun 2006. Sejak kecil, KH Abdullah Faqih Langitan sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia spiritual. Beliau banyak belajar agama Islam dari ayahnya, KH Muhyiddin, yang juga seorang ulama besar. Beliau juga banyak belajar dari para ulama besar di Langitan seperti KH Abdul Karim dan KH Kholil Bangkalan. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian pergi menuntut ilmu ke luar kota. Beliau belajar di pesantren-pesantren terkemuka seperti Gontor, Makkah, dan Madinah. Di Makkah, beliau belajar tafsir dan hadis dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Mahmud Syaltut dan Syekh Mustafa al-Maraghi. Sementara di Madinah, beliau belajar dari ulama-ulama terkemuka seperti Syekh Muhammad al-Amin al-Syinqiti dan Syekh Muhammad al-Banna al-Attas. Setelah menyelesaikan pendidikannya di luar kota, KH Abdullah Faqih Langitan kemudian kembali ke Langitan dan memulai karir sebagai seorang ulama. Beliau menjadi pengasuh pesantren Langitan dan juga menjadi Imam Masjid Agung Langitan. Selain itu, beliau juga menjadi pengajar di beberapa pesantren terkemuka di Jawa Timur. Karya Ulama Besar Langitan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Langitan merupakan salah satu lokasi pesantren tertua di Jawa Timur. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar. Beberapa ulama besar yang berasal dari Langitan antara lain KH Muhyiddin KH Abdul Karim KH Kholil Bangkalan KH Abdullah Faqih Langitan KH Abdul Ghofur KH Abdul Hamid KH Mahrus Ali Para ulama besar ini memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Mereka tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi juga mengembangkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka. Pesantren Langitan Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh KH Muhyiddin pada tahun 1852. Pesantren Langitan dikelola oleh keluarga KH Muhyiddin dan sekarang sudah memasuki generasi ke-6. Pesantren Langitan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, pesantren ini juga terkenal sebagai pusat pengembangan seni tradisional Jawa Timur seperti tari, wayang, dan gamelan. Kesimpulan Silsilah KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu warisan spiritual yang perlu dijaga keberlangsungannya oleh para pengikutnya. KH Abdullah Faqih Langitan merupakan salah satu ulama besar yang berasal dari Langitan dan memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Selain itu, Langitan juga terkenal sebagai tempat bermukimnya para ulama besar seperti KH Muhyiddin, KH Abdul Karim, dan KH Kholil Bangkalan. Pesantren Langitan merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur dan memiliki banyak murid dan pengikut dari berbagai daerah di Indonesia.
silsilah kh abdullah faqih langitan